1.
KOMUNIKASI
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN
Gangguan pendengaran dapat terjadi
berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal
ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang
terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat
kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Pada klien dengan gangguan
pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual.
Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di keluarkan orang lain, tetapi
dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat
penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap
dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan pendengaran :
1.
Periksa adanya bantuan
pendengaran dan kaca mata
2.
Kurangi kebisingan
3.
Dapatkan perhatian klien
sebelum memulai pembicaraan
4.
Berhadapan dengan klien dimana
ia dapat melihat mulut anda
5.
Jangan mengunyah permen karet
6.
Bicara pada volume suara
normal - jangan teriak
7.
Susun ulang kalimat anda jika
klien salah mengerti
8.
Sediakan penerjemah bahasa
isyarat jika diindiksikan
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar
yaitu :
1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh
masalah yang terjadi pada telinga luar atau tengah dan berkaitan dengan masalah
penghantaran suara.Kemungkinan penyebab bisa dari tertumpuknya earwax atau
kotoran telinga, infeksi atau pertumbuhan telinga bagian luar, adanya lubang
pada gendang telinga, penyakit yang disebut dengan otosklerosis (yang
menyebabkan rangkaian tulang-tulang pendengaran menjadi kaku dan tidak dapat
bergetar) atau faktor keturunan. Conductive hearing loss biasanya bisa
disembuhkan secara medis, namun bila tidak dapat maka alat bantu dengar
biasanya dapat membantu mengatasinya.
2. Sensorineural hearing loss, ini adalah
istilah untuk menggambarkan adanya masalah pada telinga bagian dalam, baik di
cochlea, syaraf pendengaran atau sistim pendengaran pusat (sering disebut tuli
syaraf). Gangguan dengan tipe ini bisa disebabkan oleh berbagai hal namun
kebanyakan disebabkan oleh kerusakan pada sel rambut didalam cochlea akibat
penuaan, atau rusak akibat suara yang terlalu keras. 90% gangguan pendengaran
adalah tipe Sensorineural hearing loss & jarang yang bisa diatasi secara
medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat membantu.
3.
Mixed Hearing Loss (gangguan
pendengaran campuran), dimana kondisi gangguan pendengarannya ada unsur
konduktif & sensorineural. Banyak orang dengan gangguan pendengaran jenis
ini dapat terbantu bila memakai alat bantu dengar.
Berdasarkan
kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan
menjadi :
1.
Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB).
2.
Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).
3.
Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).
4.
Gangguan pendengaran berat(71-90dB).
5.
Gangguan
pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB
Berikut
adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran :
1.
Orientasikan kehadiran diri anda
dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
2.
Usahakan menggunakan bahasa yang
sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak
bibir anda.
3.
Usahakan berbicara dengan posisi
tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4.
Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda
memiliki perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum
Anda mulai berbicara;
5.
Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika
kehadiran Anda mungkin terkejut orang tersebut;
6.
Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level
yang sama dengan dia sebisa mungkin;
7.
Jangan melakukan pembicaraan ketika
anda sedang mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet.
8.
Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara,
pidato Anda akan lebih sulit untuk mengerti.
9.
Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan
dengan gerakan sederhana dan perlahan.
10.
Gunakan bahasa isyarat atau bahasa
jari bila anda bisa dan diperlukan.
11.
Apabila ada sesuatu yang sulit untuk
dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar
(simbol)
12. Jika orang yang memakai alat bantu
dengar dan masih memiliki kesulitan mendengar, periksa untuk melihat apakah
alat bantu dengar di telinga orang. Juga periksa untuk melihat bahwa
dihidupkan, disesuaikan dan memiliki baterai bekerja. Jika hal-hal ini baik dan
orang yang masih memiliki kesulitan mendengar, mencari tahu kapan dia terakhir
memiliki evaluasi pendengaran;
13. Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda
saat berbicara;
14. Mengakui bahwa hard-of-mendengar
orang mendengar dan memahami kurang baik ketika mereka lelah atau sakit;
15. Mengurangi atau menghilangkan
kebisingan latar belakang sebanyak mungkin ketika melakukan pembicaraan;
16. Bicaralah dengan cara yang normal
tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu tidak bersinar di mata orang tuna rungu;
17. Jika seseorang telah memahami
sesuatu kesulitan, menemukan cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama,
bukan mengulangi kata-kata asli berulang;
18. Gunakan sederhana, kalimat singkat
untuk membuat percakapan anda lebih mudah untuk mengerti;
19. Menulis pesan jika perlu; Biarkan
waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang gangguan pendengaran. Berada
di terburu-buru akan senyawa's stres semua orang dan menciptakan hambatan untuk
memiliki percakapan yang berarti.
2.
KOMUNIKASI
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN WICARA
Indra wicara
merupakan organ kompleks yang terdiri atas sistem saraf pengatur wicara pada
korteks serebri, pusat pengatur pernafasan di pons, struktur mulut dan
tenggorok, serta paru-paru sebagai pensuplai udara yang digunakan untuk
menghasilkan suara. Sebenarnya suara yang timbul dari mulut kita merupakan
udara yang dihembuskan paru-paru melewati pita suara sehingga dihasilkan suara.
Proses ini disebut vonasi. Suara yang muncul akibat getaran pita suara masih
merupakan suara murni sehingga terdengar seperti suara “aaaa”. Suara yang
muncul dari tenggorok selajutnya dipantulkan melalui langit-langit (palatal),
lidah (lingual) dan bibir (labial), yang kemudian membentuk susunan vokal dan
konsonan serta membentuk kata-kata kompleks. Proses ini disebut artikulasi.
Gangguan
wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara,
ataupun gangguan persyarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara
memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar.
Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
Pada saat
berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut perlu
diperhatikan :
1.
Perawat benar-benar dapat
memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
2.
Usahakan memperjelas hal yang
disampaikan dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan klien.
3.
Mengendalikan pembicaraan supaya
tidak membahas terlalu banyak topik.
4.
Mengendalikan pembicaraan sehingga
menjadi lebih rileks dan pelan.
5.
Memperhatikan setiap detail komunikasi
sehingga pesan dapat diterima dengan baik.
6.
Apabila perlu, gunakan bahasa
tulisan dan simbol.
7.
Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang
terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.
Teknik dalam
berkomunikasi dengan klien gangguan wicara :
1.
Dengarkan dengan penuh
perhatian, kessabaran, dan jagan menginterupsi
2.
Ajukan pertanyaan sederhana
yang hanya membutuhkan jawaban “ya” dan “tidak”.
3.
Berikan waktu untuk
terbentuknya pemahaman dan respon.
4.
Gunakan petunjuk visual (
kata-kata, gambar, dan objek ) jika mungkin.
5.
Hanya ijinkan satu orang untuk
berbicara pada satu waktu.
6.
Jangan berteriak atau
berbicara terlalu keras.
7.
Beritahu klien jika anda tidak
mengerti.
8.
Bekerja sama dengan ahli
terapi bicara jika dibutuhkan.
Alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan klien gangguan wicara
:
1.
Papan tulis dan spidol
2.
Papan komunikasi dengan kata,
huruf, atau gambar yang umum untuk menunjukkan kebutuhan dasar
3.
Alarm pemanggil
4.
Bahasa isyarat
5.
Penggunaan kedipan mata atau
gerakan jari untuk respon sederhana ( “ya” dan “tidak” )
KESIMPULAN
1. Keterbatasan fungsi alat indra tersebut meliputi kemampuan
mendengar, melihat, merasakan, dan membaui adalah elemen yang penting dalam
berkomunikasi bagi seorang manusia. Gangguan pada indera-indera yang memiliki
fungsi tersebut tentunya dapat menghambat proses komunikasi.
2. Kesalahan dalam berkomunikasi menyebabkan miskomunikasi yang menyebabkan
salah persepsi yang bisa menimbulkan suatu permasalahan.
3. Dalam berkomunikasi dengan klien yang memiliki gangguan pendengaran atau
tunawicara menggunakan teknik agar antara komunikator dan komunikan tidak
terjadi salah persepsi.
DAFTAR
PUSTAKA
Perry.potter.2009.Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7.Salemba
Medika:Jagakarsa,Jakarta
wah, bagus banget artikelnya, membantu saya mengerjakan tugas kuliah keperawatan saya :D
BalasHapus